Tahukah Anda, bahwa 95% rakyat Indonesia mengalami depresi akibat tekanan hidup yang makin berat ?
Depression Test << ini ada test buat diagnosa depresi, tp dalam bahasa Inggris, boleh coba klo mau.
DEPRESI adalah merupakan suatu gangguan perasaan, yang berhubungan dengan emosi seseorang.
Emosi adalah suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik, dan perilaku yang berhubungan dengan mood dan afek. Mood adalah suasana perasaan yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara internal atau subjektif, mempengaruhi perilaku seseorang dan persepsinya tentang dunia. Sedangkan afek adalah ekspresi perasaan yang dikeluarkan sesuai dengan mood.
Depresi yang merupakan bagian dari gangguan mood, ditandai dengan suasana perasaan sedih yang berlarut-larut, merupakan faktor psikologis yang paling sering menyebabkan bunuh diri.
TANDA-TANDA DEPRESI
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), gejala utama pada depresi, atau disebut juga dengan trias depresi, terdiri dari perasaan yang depresif atau sedih terus menerus, anhedonia, yaitu kehilangan minat pada hal-hal yang dulunya disenangi, dan berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) sehingga aktivitas menurun.
Walaupun demikian, pasien mungkin mengalami gejala lain, seperti berkurangnya konsentrasi, perhatian, harga diri, dan kepercayaan diri, adanya gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, gangguan tidur, dan gangguan makan. Gejala ini sudah berlangsung sekitar dua minggu atau lebih, atau mungkin kurang dari dua minggu jika gejala luar biasa berat dan cepat.
DEPRESI PADA BIDANG KEHIDUPAN
• Mood labil dan mudah tersinggung dan afek depresif. Gejolak mood pada remaja adalah normal, tapi pada kondisi depresi menjadi lebih nyata. Mood yang tidak menyenangkan dan sedih lebih sering tampak. Kecenderungan untuk marah-marah dan perubahan mood meningkat.
• Pubertas. Periode menstruasi pada remaja wanita yang mengalami depresi, mungkin terlambat, tidak teratur, atau disertai dengan timbulnya rasa sakit yang hebat dan perasaan tidak nyaman. Mood yang disforik sering nampak pada periode premenstrual. Remaja wanita yang mengalami depresi mungkin merasa murung (feeling blue), sedih (down in the dump), menangis tanpa sebab, menjadi sebal hati (sulky and pouty), mengurung diri di kamar, dan lebih banyak tidur.
• Perkembangan kognitif. Pada remaja awal yang mengalami depresi, terdapat keterlambatan perkembangan proses pikir abstrak (kemampuan mengolah peribahasa, dll.) yang biasanya muncul pada usia sekitar 12 tahun. Prestasi tiba2 menurun, membolos, menunda menyelesaikan tugas, perilaku yang mudah tersinggung didalam kelas, tidak peduli terhadap hasil yang dicapai dan masa depan, dapat merupakan gejala awal dari depresi pada remaja.
• Harga diri. Pada remaja, kondisi depresi memperkuat perasaan rendah diri. Rasa putus asa dan rasa tidak ada yang menolong dirinya makin merendahkan harga diri. Pada satu saat remaja yang depresi mencoba untuk melawan perasaan rendah dirinya dengan penyangkalan, fantasi, atau menghindari kenyataan.
• Perilaku antisosial. Membolos, mencuri, berkelahi, sering mengalami kecelakaan, yang terjadi terutama pada remaja yang sebelumnya mempunyai riwayat perilaku yang baik, merupakan indikasi kemungkinan adanya depresi.
• Penyalahgunaan NAPZA. Banyak remaja depresi cenderung menyalahgunakan NAPZA, misalnya ganja, obat-obat yang meningkatkan mood (amfetamin), yang menurunkan mood (barbiturat, tranquilizer, hipnotika) dan alkohol. Akhir-akhir ini banyak digunakan heroin, kokain dan derivatnya serta halusinogen.
• Kesehatan fisik. Remaja yang mengalami depresi, tampak pucat, lelah dan tidak memancarkan kegembiraan dan kebugaran, Seringkali mereka mempunyai banyak keluhan fisik, seperti sakit kepala, sakit lambung, kurang nafsu makan, dan kehilangan berat badan tanpa adanya penyebab organik, Remaja yang mengalami depresi biasanya tidak mengekspresikan perasaannya secara verbal, namun lebih banyak keluhan fisik yang diutarakan , sehingga hal ini biasanya merupakan satu-satunya kondisi yang membawanya datang ke dokter. Sensitivitas dari sang dokter dalam menemukan mood yang disforik ataupun depresi akan dapat mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri pada remaja.
• Berat badan. Penurunan berat badan yang cepat dapat merupakan indikasi adanya depresi. Harga diri yang rendah dan kurangnya perhatian pada perawatan dirinya, atau sebaliknya, makan yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas.
• Perilaku bunuh diri. Remaja yang mengalami depresi mempunyai kerentanan tinggi terhadap bunuh diri. Penelitian di kentucky, Amerika Serikat, menyebutkan sekitar 30 % dari mahasiswa tingkat persiapan dan pelajar sekolah menengah atas pernah berpikir serius tentang percobaan bunuh diri dalam satu tahun terakhir saat diteliti, 19 % mempunyai rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri, dan 11 % telah mencoba melakukan bunuh diri.
ATASI DEPRESI
Pertama, temukan masalahnya, apa yang menyebabkan kamu menjadi depresi : apakah problem keluarga, keuangan, pendidikan, lingkungan, atau problem dari dirimu sendiri (contoh : menetapkan target terlalu tinggi, namun tidak tercapai, akhirnya merasa gagal ; tidak disiplin, perfeksionis, dll.)
Jika masalahnya sudah jelas, kuatkan dirimu : yakinkan dirimu bahwa sebelum menyerah, harus mencoba terlebih dahulu, jadi yang kedua adalah mencoba selesaikan masalah itu terlebih dahulu. Lari dari masalah mungkin bukan solusi terbaik.
Ketiga, jika merasa tidak mampu sendiri, carilah orang-orang yang menurutmu lebih dewasa (tua belum tentu dewasa), dapat dipercaya, dan mempunyai pandangan yang luas, ceritakan masalah pada mereka, jika perlu, hubungi konsultan psikiatri / psikolog.
Selain itu, bangun dirimu :
1. Pilihlah aktivitas positif dan menyenangkan yang dapat dilakukan.
2. Tetapkan target harian yang ringan dan dapat dicapai.
3. Rencanakan waktu untuk menangani setiap hal di masa mendatang.
4. Tetaplah sibuk meskipun sulit untuk merasa termotivasi.
5. Cobalah berkumpul bersama anggota keluarga atau orang lain yang dipercaya untuk berbagi perasaan dan kebersamaan dengan mereka.
Semoga membantu. Jangan ragu, sungkan, atau malu untuk menceritakan masalah kepada orang yang dapat dipercaya. Mungkin tidak memberikan solusi, tapi memberikan sedikit kelegaan jika orang tersebut rela mendengarkan keluh kesah Anda.