Anggota Komisi III DPR terkena musibah saat berlayar dengan kapal kayu ke Bunaken, Sulut. Inilah kisah anggota DPR, Otong Abdurrahman yang ikut di dalam kapal naas tersebut.
"Kami ke Bunaken untuk melihat-lihat polisi air di sana. Kecelakaan itu terjadi hanya dua meter sebelum kapal menyentuh dermaga beton tanpa tangga," ujar Otong, salah seorang korban, kepada detikcom, Sabtu (7/8/2010).
Otong menyampaikan, perjalanan anggota DPR dari Bunaken ke Manado yang memakan waktu 30 menit itu awalnya berjalan normal. Otong bahkan sempat berpindah tempat duduk guna mengimbangi berat kapal.
"Saya ingat betul waktu Pak Setia Permana duduk di paling depan sebelah kanan, sebelah beliau Pak Tjipto (Sutjipto). Pak Tjipto yang duduk bersama istrinya pindah ke depan sebelum kejadian, pada saat saya hendak berpidah ke posisi tersebut untuk mengimbangi berat kapal, tiba-tiba ombak besar datang," kenang Otong.
Otong menyampaikan, kapal kayu kecil yang dinaikinya ternyata tidak kokoh. Kapal pecah dan hancur dalam tiga hentakan ombak setinggi dua meter.
"Kapal kami hanya tiga kali kena ombak kira-kira dua meter sudah pecah. Seketika itu juga kapal rata dengan air," keluh Otong.
Beruntung, dia selamat. Otong merupakan satu-satunya anggota rombongan yang langsung lolos karena berhasil melompat ke dermaga.
"Karena posisi saya sedang berdiri, saya langsung loncat dan sampai dermaga, alhamdulilah saya selamat," ucap Otong bersyukur.
Sementara itu anggota rombongan lain justru meloncat ke dalam air. Dua anggota rombongan diangkat ke darat dalam kondisi meninggal dunia.
"Mungkin ada yang terjepit kapal sehingga sulit berenang," kenangnya.
(van/mok)
Kapal yang Ditumpangi Anggota DPR Tak Dikawal Polisi Air
Anggota DPR yang menjadi korban kapal tenggelam di laut Bunaken, mempertanyakan keberadaaan polisi air di taman laut tersebut. Saat berada di laut Bunaken, tidak ada satu pun anggota polisi air yang mengawal kapal mereka.
"Kapal kita hanya kapal kayu yang tidak disiapkan untuk menghadapi ombak sebesar itu. Bahkan kami tidak dikawal oleh polisi air," ujar anggota Komisi III DPR dari FPKB Otong Abdurrahman yang juga menjadi korban, kepada detikcom, Sabtu (7/8/2010).
Otong mengaku kecewa dengan rendahnya perlindungan pemerintah setempat khususnya polisi air terhadap anggota DPR yang sedang berkunjung. Padahal anggota DPR berkunjung untuk meninjau kualitas polisi air setempat.
"Kita itu tidak dikawal sama sekali, katanya punya polisi air. Perahunya tidak standar makanya tiga kali kena hempas langsung pecah," keluh Otong.
(van/mok)
Setia Permana Teriak Minta Tolong Sebelum Meninggal
Anggota Komisi III DPR dari FPDIP Setia Permana tidak langsung meninggal saat kapal yang ditumpanginya pecah dihantam ombak di laut Bunaken. Setia bersama korban lainnya, termasuk istri Sutjipto sempat berteriak minta tolong selama sepuluh menit.
"Begitu tercebur, rekan-rekan mengambang 10 menit berteriak minta tolong, Saya yang loncat ke darat bingung tidak ada alat penyelamat dan tidak ada yang menyelamatkan," kenang anggota Komisi III DPR dari FPKB Otong Abdurrahman yang ikut naik kapal naas itu, kepada detikcom, Sabtu (7/8/2010).
Otong menyampaikan, posisi Setia terjepit pecahan kayu bersama istri Sutjipto. Sepuluh menit berteriak, Setia terlihat diam kala diangkat tim penolong yang telat. "Beliau terjepit, saat diangkat sudah meninggal," keluh Otong.
Otong pun mengkritik keras pemerintah daerah setempat. Pasalnya tak satu pun polisi air ada di sekeliling insiden yang menewaskan Setia.
"Ingat, kami ke sini tidak sedang berekreasi," kecamnya. (van/mok)